Gedung e-Building Jl. Suryopranoto No.2 Ruko Harmoni Plaza Blok I No.1-4 Jakarta Pusat
  • 021 - 632 3399
  • info@cae-indonesia.com
  • Masuk

Testimoni

Testimonial

  • image

    "Play Therapy is a course that really stands in the gap of our society. "Therapy" may sound scary or even put you off. But do not let that stand in the way of you gaining invaluable insights to yourself and how the basic things in life can be so powerful if only we know how to use it. Perhaps you snigger at the thought of gaining insights to your own life. However, to be a blessing, we must first be able to face our lives squarely. It is a train the trainer program that has a soul, and not just a bag of tricks. Play Therapy is not an "alternative medicine". It is soundly grounded in practice with great results that their statistics can prove. As a curriculum writer and teachers trainer in early childhood field, this program possesses the right principles to make it work."

  • image

    "Untuk saya sebagai parent dengan anak special needs, kelas ABA ini membantu untuk lebih sabar dan lebih mau melihat kebutuhan anak, membuat target yang sesuai kemampuan anak, bagaimana mengajarkan ketrampilan dengan prompt yang tepat sasaran, dan lebih aware terhadap perilaku anak. Bisa dibilang targetnya jadi lebih terarah. Kalau dulu seperti tidak tahu harus mulai dari mana. Cuma karena hanya meng handle anak sendiri, ilmunya masih kurang. Masih banyak PR. Lalu jadi lebih paham dengan terapis2 bahwa mereka juga bisa jenuh, biasanya kalau di tempat terapi anaknya sudah mulai menangis, saya minta untuk jeda/ berhenti sejenak. Agar terapis dan anaknya tidak stress."

  • image

    "Melalui pelatihan ABA saya dapat lebih memahami kondisi anak-anak dengan autisme yang unik dan berbeda-beda bagi setiap individunya. Ilmu tersebut dapat saya aplikasikan dalam pekerjaan saya dengan anak-anak special needs. Saya jadi mengerti pentingnya menggunakan positive reinforcement ketika bekerja dengan anak-anak special needs dan juga pentingnya menyesuaikan terapi dengan kebutuhan setiap anak."

  • image

    "Sekarang ini saya bekerja sebagai guru untuk para pengungsi yang berasal dari negara-negara yang mengalami konflik dan peperangan. Mengikuti Cognitive Behavioral Therapy Workshop membantu saya untuk memahami bahwa 'self awareness' atau kesadaran terhadap diri sendiri adalah langkah awal untuk kesehatan mental. Disini kita belajar untuk mengenali pikiran-pikiran kita yang tidak "sehat" dan berpotensi "destructive" atau berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain dan juga bagaimana cara mengatasinya. Pengetahuan ini sangat berguna bagi saya yang bekerja dengan populasi yang rawan akan stress, depresi, dan rasa cemas. Workshop ini akan bermanfaat untuk para profesional yang bekerja di bidang kesehatan mental, guru, orang tua, dan siapa saja yang ingin memahami dirinya sendiri."

  • image

    "Dari pelatihan ini saya banyak belajar mengenai autism. Paradigma saya mengenai autism banyak berubah, bahwa mereka juga sama seperti anak lainnya. Memang mereka special, tapi kita juga tetap menganggap bahwa mereka juga anak-anak kita juga, loh, yang kebetulan butuh perlakuan special. Saya juga banyak belajar tentang observasinya. Observasi itu sangat-sangat penting dalam penerapan ABA untuk menentukan bahwa sebenarnya anak ini butuh apa, sih? Dan ketika kita tahu apa yang dibutuhkan anak, kita bisa memberikan treatment yang tepat. Hal ini juga banyak membantu saya dalam pekerjaan saya sebagai terapis di Mentari Anakku, khususnya dalam delivery materinya. Program yang dibuat harus sesuai dengan anak, sehingga anak progres nya bagus dan memang sesuai dengan kebutuhannya dan usia perkembangannya."

  • image

    "Pada saat saya menjalankan sekolah saya, menerima murid, tanpa kita sadari ada anak-anak special needs. Sebelum saya belajar, saya tidak bisa mendeteksi apakah seorang anak itu special needs atau bukan. Sebagian besar orang tua murid menyatakan bahwa anaknya baik-baik saja. Tapi saat anaknya belajar, baru ditemui kok sulit sekali mereka belajar, dan ada perilaku yang aneh. Setelah akhirnya kita menyadari bahwa mereka ternyata berkebutuhan khusus, dan punya kesulitan belajar, saya merasakan bahwa saya harus tahu tentang ini. Kami pernah mengundang guru Filipina untuk membantu kami. Guru ini memiliki latar belakang dari sekolah special needs. Guru ini yang mengidentifikasi anak, lalu mereka juga membuatkan IEP atau program belajar anak. Sebagai kepala sekolah saya merasa kenapa mereka yang lebih mengerti dibanding saya. Barulah setelah itu saat CAE datang ke sekolah kami, saya mulai tahu bahwa ada tempat pelatihan yang menyediakan pelatihan, seminar dan sebagainya. Lalu kita juga pernah mengikuti seminar yang diadakan CAE, dengan narasumbernya Stephen Shore. Pada saat itu saya kaget juga melihat Stephen Shore, seorang autism yang ternyata bisa berhasil. Dari sana saya terinspirasi untuk bisa belajar, jangan sampai buta karena saya seorang pendidik. Pertama kali saya ikut program pelatihan dasar terapi ABA. Saya baru tahu bahwa bukan hanya belajar teori saja, ternyata ada caranya dalam membantu menangani anak dengan autism. Setelah mengikuti pelatihan, mengerjakan paperwork dan praktikum, saya menyadari ternyata berguna penelitian kita, observasi, lalu survey form utk guru isi, lalu kita buat saran kepada orang tua untuk anaknya dikirim ke terapis. Dari sana kita melihat perkembangan pada anak. Saat itu salah satu anak didik kami juga ada yang ikut social club. Setelah itu perilaku yang sebelumnya membuat kami pusing, akhirnya ternyata menjadi solusi. Dari sana saya terpacu, ternyata dengan adanya pelajaran dari CAE bisa membantu anak ini yang sejak kecil tidak selesai permasalahannya, begitu masuk sekolah kami ada solusi. Bukan karena kaminya yang pintar, tapi karena kami sudah mengerti. Kami juga mulai paham bahwa butuh kerjasama tim untuk membantu anak ini bertumbuh. Kemudian saya ikut juga program pelatihan buat guru di CAE. Sejak saya belajar PKP2I (Pelatihan Kompetensi Pendidik Pendidikan Inklusif), saya lebih bisa mengidentifikasi guru-guru saya juga, mana yang ada passion untuk anak berkebutuhan khusus mana yang tidak. Karena tidak semua orang punya passion di bidang ini. Dan setelah saya sendiri belajar, saya bisa berbagi apa yang saya pelajari di kelas kepada guru-guru saya. Manajemen sekolah saya juga jadi lebih terbantu. Misalnya kami buatkan IEP, survey, observasi, screening dan sebagainya. Saya jadi lebih mengerti apa yang harus dilakukan untuk sekolah jadi lebih maju, lebih expert, untuk membantu anak-anak didik yang memiliki problem belajar. Saat ini sekolah kami menjadi salah satu sekolah yang dirujuk para psikolog dan dokter di daerah Pluit sekitarnya untuk anak-anak yang mengalami masalah perkembangan dan belajar."

« 1 2 3 4 5 6 »