Gedung e-Building Jl. Suryopranoto No.2 Ruko Harmoni Plaza Blok I No.1-4 Jakarta Pusat
  • 021 - 632 3399
  • info@cae-indonesia.com
  • Masuk

Artikel

Apa itu Play Therapy?

image


Play Therapy dan Cara Kerjanya

Seiring kita menjadi dewasa, kita belajar untuk mengontrol emosi. Saat masih kecil, anak seringkali kesulitan untuk meregulasi perasaannya. Di saat yang sama, emosi perlu diekspresikan. Anak perlu belajar untuk menyadari dan mengenali perasaannya sebab emosi, bahkan yang negatif, bersifat alami.
 
Selama masih wajar dan tidak mengganggu orang lain, sebaiknya anak dibebaskan untuk mengungkapkan emosinya. Dengan membebaskan anak untuk mengekspresikan dirinya, orang tua dan anak akan membangun hubungan erat yang berbasis trust. Anak akan tumbuh dengan rasa aman dan secure karena perasaannya dapat secara bebas dikomunikasikan.
 
Tetapi mengontrol emosi bukan hal yang mudah bagi anak yang tidak merasa secure atau diterima oleh lingkungannya, bahkan menjadi korban bullying. Ada saatnya anak melampiaskan perasaannya secara tidak produktif, seperti bertengkar dengan anak-anak lain. Meskipun orang tua berusaha mendisiplinkan anak, perilaku ini tetap berlanjut.
 
 
Ada berbagai perilaku bermasalah anak yang sulit dihadapi orang tua, contohnya: 
 
Permasalahan emosi
Sering marah 
Anxious atau penuh kecemasan
Sering merasa sedih
Tidak percaya diri
 
Permasalahan perilaku
Sulit disiplin atau sulit menurut
Menunjukkan tingkah laku agresif (Contoh: sering bertengkar dengan anak lain)
 
Trauma
Berduka (kematian orang dekat)
Perpisahan atau perceraian orang tua
Menjadi korban bullying, kekerasan fisik, atau kekerasan seksual
 
Ada anak yang menghadapi permasalahan lain seperti: memiliki kebutuhan khusus (merupakan special-needs children), autism, ADHD, dst. 
 
Untuk menghadapi permasalahan di atas, seringkali anak memerlukan penanganan yang lebih serius. Pendekatan play therapy atau terapi bermain dapat membantu anak dengan menyediakan outlet dan safe space bagi anak untuk mengekspresikan emosi dan dunia imajinasinya.
 
 
Apa itu Play Therapy?
 
Play therapy atau terapi bermain adalah suatu pendekatan terapi berdasarkan teori psikologi, baik secara preventif maupun rehabilitasi, terhadap perkembangan kesehatan mental, emosi, dan perilaku anak-anak.
Dasar dari play therapy adalah perbedaan cara berekspresi anak dan orang dewasa. Anak-anak berkomunikasi dengan bermain. Karena itu, di sesi play therapy, praktisi menemani anak bermain agar dapat membantu dan mengarahkan anak untuk menghadapi masalahnya. Dalam sesi play therapy, berbagai media bermain dapat digunakan. Contohnya: pasir, tanah liat, boneka, musik, menari, menggambar, bercerita, dan visualiasi.
Medium bermain apapun yang dipilih anak memproses emosi seorang anak. Bila dilakukan secara konsisten dalam sesi-sesi play therapy, anak akan belajar untuk meregulasi emosinya secara lebih baik. Dengan kesehatan emosional yang lebih tinggi, anak dapat mengontrol perilakunya secara lebih baik dan ke arah yang lebih positif dan produktif.
 
 
Jenis Pendekatan
 
Praktek play therapy dapat dilakukan dengan pendekatan directive atau non-directive. Pendekatan dipilih tergantung situasi dan berdasarkan pertimbangan terapis.
Dalam pendekatan directive, terapis memimpin sesi dengan memilih media bermain. Terapis juga mangarahkan permainan dengan tujuan tertentu.
Pendekatan non-directive tidak terstruktur. Anak dapat memilih sendiri permainan yang diinginkan dan bermain tanpa instruksi. Terapis akan mengamati perilaku anak dan berpartisipasi bila perlu.
Seorang terapis play therapy dapat menggunakan baik model directive maupun non-directive. Semua ini dibutuhkan agar terapis dapat berkomunikasi dengan anak melalui medium yang ia pilih. Terapis juga harus mengerti psikologi dan imajinasi seorang anak.
 
 
Cara Kerja
 
Dalam sesi terapi bermain, anak memilih media yang mereka ingin mainkan. Saat bermain, terapis akan mengikuti permainan anak dan bergabung dengan anak di dunia bermainnya. Dengan melakukan ini, anak dan terapis akan bertemu di level yang sama. Kedua pihak akan dapat berkomunikasi satu sama lain.
 
Saat bermain, anak berkomunikasi secara non-verbal dan secara emosional. Terapis menangkap respons ini dan memahaminya, sehingga anak merasa aman, didengarkan, dimengerti, dan diterima apa adanya.
Hubungan antara anak dan terapis akan terus dibangun, sehingga anak merasa secure untuk mengekspresikan masalah yang dihadapinya lalu terapis memberikan materi refleksi yang dapat dimengerti anak agar ia mendapatkan pemahaman atas masalahnya. Sesi terapi bermain juga digunakan untuk memproses emosi anak dengan tujuan self-healing.
 
Melalui pendekatan kreatif/seni/bermain, anak dapat menyelami emosi yang sebelumnya tidak ia pahami. Diharapkan, anak akan menyelesaikan terapi dengan kehidupan sosial dan perkembangan emosi dan mental yang lebih baik.
 
Play therapy akan bersifat spontan bagi anak, tetapi terapis akan memiliki struktur yang jelas untuk sesi-sesi terapi. Seorang terapis play therapy akan menetapkan tujuan dan membuat rencana untuk sesi-sesi terapi.
Secara umum, play therapy ditargetkan bagi anak-anak hingga remaja. Tetapi praktek ini dapat membantu kalangan dari berbagai rentang usia. Play therapy dapat diakses oleh orang dewasa yang berkebutuhan khusus (memiliki special needs) atau mereka yang telah mengalami trauma. Sama dengan play therapy untuk anak, terapis akan menggunakan media bermain untuk membantu orang dewasa mengeksplorasi emosi yang sulit diekspresikan dan membuat strategi untuk menerapkan solusi.
 
 
Singkatnya, terapis akan:
1. Menggunakan sesi awal untuk melakukan tanya jawab dengan anak dan orang tua
2. Mengamati cara bermain anak
3. Menetapkan tujuan dan menyusun rencana terapi
4. Memperhatikan perubahan perilaku anak dari sesi ke sesi untuk mengarahkan langkah-langkah berikut sesuai kebutuhan setiap anak
5. Di satu titik, terapis dapat mengundang orang tua ke sesi play therapy agar keluarga dapat bekerja sama menyelesaikan konflik dan memperbaiki hubungan keluarga.
 
Sesi play therapy biasanya dilakukan secara mingguan, dengan jangka waktu 30 – 45 menit. Play therapy dapat diterapkan bersama terapi lain.
 
---
 
Mungkin asing bagi orang awam untuk mendengar bahwa bermain dapat bersifat healing dalam konteks psikologi bagi anak dan bahkan orang dewasa. Tetapi bermain efektif untuk membantu kesehatan emosi dan mental manusia karena sifatnya yang universal. Bermain meningkatkan rasa senang bagi manusia. Bila diarahkan secara positif, bermain dapat membantu perkembangan seorang anak.
Di luar pendekatan play therapy pun, orang tua dapat meluangkan waktu untuk bermain bersama anak. Selain mendukung perkembangan anak, orang dewasa yang bermain tidak kehilangan playfulness atau keceriaan mereka. Orang dewasa yang playful akan (a) terhubung dengan inner child-nya, (b) lebih terhubung dengan sisi positif hidup, (c) menciptakan rasa senang bagi anak-anak di sekitarnya, dan (d) mempererat hubungan dengan anak-anaknya.