Gedung e-Building Jl. Suryopranoto No.2 Ruko Harmoni Plaza Blok I No.1-4 Jakarta Pusat
  • 021 - 632 3399
  • info@cae-indonesia.com
  • Masuk

Artikel

Faktor penting dalam keberhasilan pendidikan inklusi

image


Apakah penerapan pendidikan inklusif akan mempengaruhi standar pendidikan yang diterapkan sekolah?

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan inklusi

Gagasan besar pendidikan inklusif merupakan upaya membuka akses pendidikan terhadap semua anak dengan apapun kondisinya. Terutama terbukanya akses pendidikan bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan dan hambatan dalam belajar (children with disabilities). Namun, apakah dengan menempatkan anak didik yang memiliki beragam kemampuan berbeda secara mencolok dalam satu kelas belajar akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian akademik sekolah secara keseluruhan? Apakah penerapan pendidikan inklusif akan mempengaruhi standar pendidikan yang diterapkan sekolah?

Di Indonesia belum ada riset yang membuktikan hal itu. Di negara yang sudah lebih dulu menerapkan pendidikan inklusif, seperti di Inggris, beberapa penelitian pernah dilakukan (Chopra, R., Factors influencing elementary school teachers’ attitude towards inclusive education, 2008),  dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan inklusif secara akademik, baik bagi anak didik yang memiliki keterbatasan (disabilities) maupun tanpa keterbatasan (non-disabilities). Hasilnya menunjukkan perbedaan dari setiap sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif tergantung pada faktor-faktor berikut:

·         Adanya komitmen yang sungguh-sungguh dari kepemimpinan, manajemen, dan seluruh pendidik (kepala sekolah, guru, dan staff administrasi).

·         Adanya kesatuan cara pandang dan sikap positif dari seluruh penyelenggara sekolah dalam menerapkan budaya inklusif.

·         Kebijakan sekolah yang mendukung dengan penjabaran peran dan tanggung jawab yang jelas dari setiap staff ataupun pendidik.

·         Guru-guru dapat bekerja sama dalam tim dan mampu bekerja secara kooperatif dengan praktisi lain.

·         Adanya koordinasi yang baik antara guru khusus (pembimbing khusus), guru kelas, guru mata pelajaran, dan asistan guru.

·         Ketersediaan waktu yang cukup untuk guru bertemu dalam tim untuk merencanakan, menyusun, dan mengevaluasi program belajar anak didik.

·         Kemampuan guru dalam mengajar dan strategi menerapkan kurikulum yang tepat di kelas.

·         Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif dan metode pengajaran kelompok yang sesuai dengan pengajaran berbasis penelitian yang efektif.

·         Adanya tenaga pendukung yang memadai (guru pembimbing khusus, asisten guru, dan guru bantu/ volunteer helpers).

·         Terbukanya akses anak didik mendapatkan layanan khusus di luar sekolah (psikologikal asesmen, terapi wicara, dan layanan terapi lainnya).

·         Keterlibatan dan dukungan orangtua dan keluarga.

·         Adanya rencana pembelajaran individu untuk anak-anak didik yang memiliki masalah belajar dan perilaku yang signifikan.

·         Anak didik memiliki perasaaan diterima dan dihargai di lingkungan sekolah.

Faktor-faktor ini bersifat umum dan dapat menjadi ukuran bagi setiap sekolah – termasuk di Indonesia – untuk melihat pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar semua. Perlu diperhatikan juga bahwa tidak ada satu pendekatan dalam pendidikan inklusif yang dapat cocok dengan semua sekolah. Setiap sekolah dapat mengambil cara-cara yang fleksibel untuk menjadi lebih baik dalam menerapkan model inklusi dengan tetap menjaga standar mutu pendidikan bagi semua anak didik.